Hallo temen-temen???
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung blog gue :). Slamat datang di blog paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin blog gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Arus Biaya Dalam Sistem Perpetual, Tanpa panjang lebar lagi yo check it out !
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung blog gue :). Slamat datang di blog paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin blog gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Arus Biaya Dalam Sistem Perpetual, Tanpa panjang lebar lagi yo check it out !
Arus biaya perusahaan manufaktur yang merupakan sistem perpetual berawal dari:
- Pembelian bahan, pemakaian bahan, dan pembebanannya ke dalam produksi;
- Terjadinya dan pembayaran biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung;
- Pembayaran dan pencatatan terjadinya overhead pabrik, dan pembebanan overhead pabrik ke dalam produksi;
- Pencatatan selesainya produksi barang jadi;
- Penjualan barang jadi dan pembebanan harga pokoknya.
1. Bahan Langsung
Pada saat dilakukan pembelian bahan, perkiraan persediaan bahan didebet dan perkiraan utang usaha dikredit. Dalam bentuk ayat jurnal umum, pembelian bahan selama bulan januari 1990 sebesar Rp. 10.000.000,00, misalnya dicatat sebagai berikut :
Persediaan Bahan (debet) Rp. 10.000.000,00
Utang Usaha (kredit) Rp. 10.000.000,00
Pemakaian bahan langsung yang dilakukan untuk keperluan produksi dicatat dengan mendebet persediaan barang dalam penyelesaian dan mengkredit persediaan bahan. Apabila selama bulan januari 1990 terdapat pemakaian bahan langsung sebesar Rp. 9.000.000,00. Pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan sebagai berikut :
Persediaan Barang Dalam Penyelesaian (debet) Rp. 9.000.000,00
Persediaan Bahan (kredit) Rp. 9.000.000,00
Pembelian dan pemakaian bahan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Arus pencatatan biaya bahan langsung |
2. Tenaga Kerja
Timbulnya dan pembayaran biaya tenaga kerja dicatat pada perkiraan persediaan barang dalam penyelesaian untuk biaya tenaga kerja langsung dan pada perkiraan overhead pabrik untuk biaya tenaga kerja tak langsung. Pembayaran upah selama bulan junuari 1990 sebesar Rp. 5.000.000,00 misalnya, yang Rp. 4.000.000,00 diantaranya merupakan biaya tenaga kerja langsung, dicatat dalam bentuk ayat jurnal umum sebagai berikut :
Persediaan Barang Dalam Penyelesaian (debet) Rp. 4.000.000,00
Biaya Overhead Pabrik (debet) Rp. 1.000.000,00
Kas (kredit) Rp. 5.000.000,00
Timbulnya biaya tenaga kerja kadang-kadang dicatat lebih dulu pada perkiraan sementara seperti perkiraan upah dan gaji dan mengkredit perkiraan upah dan gajih terutang. Pembayaran biaya tenaga kerja dicatat dengan mengkredit Upah dan Gajih terutang. Upah dan Gajih kemudian dialokasikan sebagai Upah Langsung, Upah tidak langsung dan kadang-kadang gajih penjualan serta gajih kantor.
Dalam seperti ini terjadinya biaya tenaga kerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Arus pencatatan biaya tenaga kerja langsung |
3. Overhead Pabrik
Pemakaian bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan overhead pabrik. Perkiraan yang dikredit tergantung pada diaman persediaan bahan tidak langsung dicatat. Apabila persediaan bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan persediaan bahan, yang dikredit adalah perkiraan persediaan bahan. Tetapi apabila persediaan bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan perlengkapan, yang dikredit adalah perkiraan perlengkapan.
Misalnya bahwa selama bulan januari 1990 terdapat pemakaian bahan tidak langsung sebesar Rp 600.000,00 dan persediaan bahan tidak langsung terdapat pada perkiraan perlengkapan pabrik. Pencatatan pemakaian bahan ini dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan sebagai berikut :
Biaya Overhead Pabrik (debet) Rp. 600.000,00
Perlengkapan Pabrik (kredit) Rp. 600.000,00
Pembayaran overhead pabrik lainnya dicatat dalam buku besar pada perkiraan overhead pabrik. Untuk jenis biaya overhead pabrik secara terinci diselengarakan buku tambahan atau buku pembantuk overhead pabrik. Seandainya selama bulan januari 1990 misalnya telah dilakukan pembayaran biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp. 200.000,00 dan pembayaran overhead rupa-rupa sebesar Rp. 150.000,00, dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan pencatan sebagai berikut :
Biaya Overhead Pabrik (debet) Rp. 350.000,00
Kas (kredit) Rp. 150.000,00
Dalam buku pembantu overhead pabrik dilakukan pencatatn mengenai hal ini pada perkiraan biaya pemeliaharaan mesin dan overhead pabrik rupa-rupa.
Penyusutan mesin dan peralatan pabrik misalnya, dicatat pada perkiraan overhead pabrik dan pada perkiraan biaya penyusutan mesin dan peralatan dalam buku pembantu overhead pabrik, jika jumlah penyusutan yang diperhitungkan untuk bulan januari 1990 berjumlah Rp. 500.000,00, pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan sebagai berikut :
Biaya Overhead Pabrik (debet) Rp. 500.000,00
Akumulasi penyusutan mesin dan peralatan Rp. 500.000,00
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan secara periodik, misalnya setiap bulan, dengan mendebet perkiraan persediaan barang dalam penyelesaian dan mengkredit perkiraan biaya overhead pabrik. Misalnya jumlah overhead pabrik bulan januari 1990 adalah Rp. 2.450.000,00. Jumlah ini dibebankan ke dalam produksi.
Pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum mengenai hal ini adalah :
Persediaan barang dalam penyelesaian (debet) Rp. 2.450.000,00
Overhead Pabrik (kredit) Rp. 2.450.000,00
Terjadinya overhead pabrik dan pembebanannya ke produksi dapat digambarkan sebagai berikut :
Arus pencatatan biaya overhead pabrik |
4. Selesainya Barang Jadi
Selesainya barang jadi dari proses prouksi yang dilakukan dicatat dengan mendebet perkiraan persediaan barang jadi dan mengkredit persediaan barang dalam penyelesaian. Harga pokok barang yang selesai ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan dari pencatatan dalam buku tambahan dan data produksi yang ada. Dari perhitungan ini dapat diketahui berapa harga pokok dari barang yang telah selesai dipindahkan ke gudang barang jadi dan harga pokok dari barang yang masih dalam proses penyelesaian.
Misalkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan telah ditetapkan harga pokok barang yang telah selesai dalam bulan januari 1990 sebesar Rp. 13.000.000,00. Pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum mengenai selesainya barang jadi ini adalah :
Persediaan Barang Jadi (debet) Rp. 13.000.000,00
Persediaan Barang Dalam Penyelesaian (kredit) Rp. 13.000.000,00
Hal ini dapat kita gambarkan sebagai berikut :
Arus pencatatan selesainya barang jadi |
5. Penjualan Barang Jadi
Penjualan barang jadi yang dilakukan dicatat dengan mendebet perkiraan piutang usaha atau kas dan mengkredit perkiraan penjualan. Seandainya dalam bulan januari 1990 terdapat penjelasan barang secara kredit sebesar Rp. 15.000.000,00 dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan pencatatan sebagai berikut :
Piutang Usaha (debet) Rp. 15.000.000,00
Penjualan (kredit) Rp. 15.000.000,00
Berkurangnya persediaan barang jadi dan timbulnya harga pokok penjualan dicatat dengan mendebet harga pokok penjualan barang yang dijual atau harga pokok penjualan dan mengkreditkan persediaan barang jadi. Apabila dianggap bahwa harga pokok barang jadi yang dijual selama bulan januari 1990 adalah Rp. 11.000.000,00. Pencatatan dalam bentuk ayat jurnal umum dapat dilakukan sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan (debet) Rp. 11.000.0000,00
Persediaan Barang Jadi (kredit) Rp. 11.000.000,00
Penjualan barang jadi dengan demikian dapat digambarkan sebagai berikut :
arus pencatatan penjualan barang jadi |
Sekian artikel kali ini. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Akhir kata wassalamualaikum wr. wb.
Referensi :
- Buku Siklus Akuntansi Prusahaan Manufaktur (kelas 3 semester 5 dan 6)
- Buku Besar Dan Neraca Saldo Perusahaan Manufaktur
- Elemen Biaya Utama Perusahaan Manufaktur
- Macam-Macam Persediaan Dalam Perusahaan Manufaktur
- Jurnal Pada Perusahaan Manufaktur
- Kegiatan Perusahaan Manufaktur
- Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
Jika ingin bertanya secara privat, Silahkan hubungi no 085709994443 dan untuk berkomentar silahkan klick link di bawah ini 👇